Dua Konsep (Bahasa dan Sastra)
KONSEP TENTANG BAHASA
Sistem lambang berupa bunyi bersifat arbitrer dipakai anggota masyarakat untuk berinteraksi
Sebagai pilihan dalam cara berkomunikasi (komunikasi verbal)
Bahasa sebagai penunjuk identitas penutur baik sebagai individu atau kelompok
Bahasa adalah bagian yang tak terpisahkan dan produk budaya/sosial
Bahasa sebagai cermin suatu zaman (masa tertentu dalam masyarakat)
Sebagai tingkah laku sosial (social behaviour)
Sarana dalam kegiatan berpikir
Sarana penerusan budaya dari satu generasi ke generasi selanjutnya
Wahana mengkomunikasikan pengetahuan
Mentransformasi objek faktual menjadi simbol abstrak, sehingga pembicara tak dibatasi dengan jarak objek
Simbol abstrak (perbendaharaan kata) yang dirangkai oleh tata bahasa
Bahasa berfungsi informatif (ciri komunikasi ilmiah) dan emotif (ciri komunikasi estetik)
Bahasa terus berkembang seiring pengalaman dan pemikiran manusia
Sarana penyusun ilmu untuk membuka rahasia-rahasia alam dimana ia tinggal
Alat untuk memberi arti pada berbagai gejala fisik yang ia alami di dunia
Penguasaan atas bahasa adalah suatu kemampuan produktif, bukan hanya pengetahuan tentang daftar perbendaharaan bahasa secara luas (Chomsky)
Bahasa mengandung jumlah kalimat yang tidak terbatas. Kalimat dapat direalisasikan sebanyak-banyaknya tak ubahnya dengan sebuah lagu atau musik dapat dimainkan sebanyak-banyaknya (de Saussure)
Sebelas ciri Bahasa (Achmad HP & Alek Abdullah) : sistem, lambang, bunyi, bermakna, arbitrer, konvensional, produktif, unik, universal, bervariasi, identitas kelompok sosial
Bahasa diibaratkan bangunan, leksikon sebagai batu bata sedangkan gramatika dan fonologi sebagai kerangka yang mengikat bata itu
Sistem bahasa : dunia bunyi , dunia makna, struktur bahasa (leksikon, gramatika, fonologi), dan pragmatik
Lima sistem aturan bahasa : fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik
Hierarki bahasa secara berurutan : fon, fonem, morfem, kata, frase, klausa, kalimat, wacana
Tujuh fungsi dalam bahasa : kontekstual (situasi), referensial (pesan), emotif (penutur), konatif (mitra tutur), fatis (jalur), puitis (bentuk pesan), metalinguistik (aspek bahasa)
Makna gramatikal : jumlah (tunggal, jamak), jenis (maskulin, feminine, netral), milik, kala (lampau, sekarang, akan datang), aspek (kontinuitas, progresif, inseptif, sesatif, repetitif), diatesis (aktif, pasif, reflektif, resiprokal, kausatif, transitif), orang, modus (deklaratif, optatif, interogatif, kondisional, imperatif)
Makna dalam kajian tindak tutur (speech act) : lokusi, ilokusi, perlokusi
Teori atau hipotesis tentang pemerolehan bahasa : nurani (the innateness hypothesis), tabula rasa (kertas kosong), kesemestaan kognitif
Faktor-faktor penentu dalam pembelajaran bahasa kedua : motivasi, usia, penyajian formal, bahasa pertama, lingkungan
Aliran dalam Pengajaran Bahasa : aliran kognitivisme yang lebih mendominankan faktor-faktor internal (bakat, minat, motivasi, pengetahuan sebelumnya) dan aliran behaviorisme (stimulus respons) yang lebih mendominankan faktor-faktor eksternal (lingkungan, guru, bahan ajar)
Aliran dalam Linguistik : strukturalisme (menekankan bentuk lahir bahasa yang lebih mudah diamati), dan generatif transformatif (seimbang bentuk lahir & makna batin bahasa)
Kajian Linguistik : kajian terapan (pengajaran bahasa, penerjemahan, perkamusan, linguistik forensik, terapi wicara, grafologi, linguistik edukasional, perencanaan bahasa), dan kajian interdisiplin (sosiolinguistik, antropologi linguistik, stilistika, filologi, epigrafi, dialektologi, psikolinguistik, neurolinguistik, fonetik, biolinguistik, evolusi bahasa, korpus bahasa, lingustik komputasional)
Aspek utama pembahasan Psikolingusitik (Glatson & Ratner) : speech perception, speech production, language acquisition
Cabang psikolinguistik : neuropsikolinguistik, psikolinguistik eksperimental, psilolinguistik terapan
Kesantunan berbahasa (Leech) : Maksim Kebijaksanaan/Tact Maxim (kurangi kerugian orang lain, tambahi keuntungan orang lain), Maksim Penghargaan/Approbation Maxim (kurangi keuntungan diri sendiri, tambahi kerugian diri sendiri), Maksim Kemurahan/Generosity Maxim (kurangi cacian pada orang lain, tambahi pujian orang lain), Maksim Kerendahan Hati/Modesty Maxim (kurangi pujian pada diri sendiri, tambahi cacian pada diri sendiri), Maksim Kesepakatan/Agreement Maxim (kurangi ketidakcocokan antara diri sendiri dengan orang lain, tingkatkan kecocokan antara diri sendiri dengan orang lain), Maksim Simpati/Sympath Maxim (kurangi antipati antara diri sendiri dengan orang lain, perbesar simpati antara diri sendiri dengan orang lain)
Unsur wacana : internal yakni satuan kata (kata yang berposisi sebagai kalimat) dan kalimat, eksternal yakni implikatur, presuposisi, referensi, inferensi, konteks
Tujuh unsur kebudayaan : teknologi, pengetahuan, mata pencaharian, kemasyarakatan, bahasa, religi, kesenian
Bahasa adalah sakaguru kebudayaan. Yang mungkin merupakan bagian dari kebudayaan bukanlah bahasa itu sendiri, melainkan produk-produk kebudayaan yang berupa buah pikiran manusia yang diwadahi bahasa, yakni ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Koentjaraningrat)
Manusia telah dipersiapkan secara alami untuk belajar bahasa pada waktu tertentu dan dengan cara tertentu (Noam Chomsky). Namun, meskipun ada pengaruh biologis, anak-anak jelas tidak belajar bahasa dalam ruang hampa sosial (Gathercole & Hoff)
Ciri Bahasa Ilmiah (Abdul Chaer) : Bersifat lugas, bebas dari makna kias dan figuratif bahasa, bebas dari ketaksaan/ambiguitas, mematuhi kaidah-kaidah gramatika, efektivitas kalimat terpenuhi, kosakata dan diksi yang digunakan baku, mematuhi persyaratan penalaran, mematuhi dan menerapkan ejaan yang berlaku
Penalaran : induktif (generalisasi, analogi, sebab akibat), deduktif (silogisme, entimem), sintesis induktif dan deduktif
Kesalahan bernalar informal : argumentum ad hominem, argumentum ad baculum, argumentum ad aditoritatis, argumentum ad populum, argumentum ad misericordian, kesalahan non causa pro causa, kesalahan aksidental, petition principia, kesalahan komposisi dan divisi, kesalahan pada pertanyaan yang kompleks, kesalahan konsekuen/non secuitur, ignoratia elenchi
Kesalahan bernalar formal : kepentingan diri sendiri, ancaman hukuman, orang yang berkuasa, propaganda demi kepentingan rakyat, membangkitkan belas kasihan, bukan sebab sebenarnya, kebetulan, melingkar-lingkar, tidak ada relevansi
Siasat bertahan dalam debat ilmiah : teknik mengelak dengan memakai pendapat pakar/tokoh terkenal, teknik menunda, teknik “ya tetapi”, teknik mengangkat, teknik berterimakasih, teknik merelatifkan, teknik membiarkan, teknik bertanya, teknik kompromi
Tradisi besar (Fishman) : konsep dalam politik bahasa yang beranggapan suatu bangsa dulunya pernah mempunyai unsur budaya tertentu (hukum, pemerintahan, sejarah, dsb) yang menjadi landasan persatuan mereka
Aliran Tagmemik : aliran baru dalam memahami lingusitik yang dikembangkan oleh Keneth L Pike dan Evelyn Gloria Pike (MIT)
Keunggulan Aliran Tagmemik : ekletik (merangkum teori-teori sebelumnya), konsep universalitas (bahasa apapun cocok, bahkan fenomena diluar bahasapun dapat dianalisis), level gramatikanya sangat lengkap, setiap level selalu dikaitkan dengan level diatas dan dibawahnya, dalam pengajaran memakai dua pendekatan sekaligus yakni komunikatif dan kontekstual, tidak adanya batas antar morfologi dan sintaksis, secara tegas menempatkan S dan P pada klausa (bukan pada kalimat), mempertajam analisis
Kelemahan Aliran Tagmemik : kurang menggebrak dengan ciri khas tertentu, masih muda dan belum luas tersosialisasi, dikhawatirkannya terjadi ketidakteraturan pada hierarki gramatikal (khususnya pada bahasa yang bertipologi aglutinatif), mungkin akan kurang diterima kaum konservatif karena mengemukakan bahwa P harus kata kerja (tidak ada istilah kalimat nominal), mengaburkan batas “keterangan tempat” dan “adjung”, analisisnya memakai rumus dan singkatan yang memusingkan
KONSEP TENTANG SASTRA
Karya sastra adalah karya seni bermedium bahasa, lebih kearah imajinatif, bahasanya konotatif, dengan fungsi estetiknya lebih dominan
Karya sastra ialah karya seni dalam kata-kata
Kata ibarat pakaian yang dipakai oleh pikiran kita, semakin banyak dikuasai, semakin banyak gagasan yang sanggup diungkapkannya
Bahasa dalam seni sastra, seperti halnya cat dalam seni lukis
Ragam seni : seni sastra, seni rupa (lukis, patung, arsitektur dsb), seni suara (musik), seni tari
Fungsi seni sastra ialah dulce et utile yakni menyenangkan dan berguna (Horace)
Menyenangkan (cara pembeberannya menarik) dan berguna (memberi pemahaman yang tinggi, pengayaan batin dan pengalaman jiwa, memperdalam persepsi dan wawasan, kesadaran/insight, stimulasi intelektual)
Penilaian karya sastra : kriteria estetik (bentuk), kriteria ekstra estetik (isi)
“Keindahan” : merupakan ekspresi yang berhasil baik, yang hidup yang membahagiakan, seimbang dan harmonis, mengandung kejelasan, menimbulkan haru belaskasih dan mengesankan
Cara untuk mendapatkan nilai estetik karya sastra : pemilihan kata yang tepat, kombinasi kata/kalimat yang puitis, intensivitas gaya bahasa, kebaruan (yang berdaya cipta kreatif), kenikmatan literal, kemampuan untuk membuat orang terpesona, penyusunan alur, konflik, humor
Kriteria ekstra estetik : mengekspresikan nilai-nilai gagasan yang besar, pikiran yang cemerlang, menimbulkan perenungan, agung, sublim
Keindahan yang mudah (easy beauty) : dicapai dengan bahan-bahan yang mudah dikerjakan (kemerduan, citra visual yang menyenangkan, pokok yang puitik)
Keindahan yang sukar (difficult beauty) : diperas dari bahan-bahan yang sebagai material berlawanan (kesakitan, kejelekan, keterpisahan). Keindahan sukar itu membuat estetik hal yang tampaknya tidak estetik
Sastra memperlakukan bahasa sebagai benda kesayangan yang indah. Bahasa tidak dilihat hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan, betapapun baiknya tujuan itu. Menggunakan bahasa itu sendiri dianggap sebagai sesuatu yang bermanfaat, mengandung nilai luhur. Adapun nilai luar yang mungkin juga tercapai, dianggap sebagai manfaat sampingan (Khaidir Anwar)
Penggunaan bahasa di bidang sastra, walaupun dinilai setengah orang sebagai pelipur lara belaka, namun tidak sedikit sumbangannya bagi kesejahteraan rohani pemakai bahasa
Banyak sastra pada mulanya diciptakan untuk menghibur, bukan mencerahkan, dan jika mencerahkan berarti kemudian dia juga bisa menghibur (C. George Boeree)
Dalam menggunakan bahasa, sastra bukan saja mengandalkan isi cerita, melainkan juga terutama cara menceritakannya
Tanda-tanda stilistika (stylistic) dapat berupa : Fonologi (misalnya pola suara pada ucapan dan irama), Sintaksis (misalnya jenis struktur kalimat), Leksikal (misalnya penggunaan kata abstrak/konkret, frekuensi penggunaan KB KK KS), dan Penggunaan bahasa figuratif (misalnya pemajasan, permainan struktur, pencitraan)
Bentuk sastra : prosa, puisi, prosa liris, drama
Puisi lama : syair, pantun, pantun berkait, karmina, gurindam, talibun, seloka, masnawi, rubai, khithah, gazal, nazam
Sastra Melayu Klasik : semua hasil sastra berbahasa melayu (pantun, karmina, syair, gurindam, seloka, talibun) yang berkembang dan tersebar di daerah yang menggunakan bahasa melayu sampai abad 18 (Indonesia, Filipina bagian selatan, Malaysia, Brunei, Thailand, Singapura, sampai Srilangka)
Nilai-nilai kehidupan pribadi dalam peribahasa (Sukatman) : kerealistisan hidup (menerima kenyataan, bekerja keras dan nrimo), kesederhanaan hidup (memanfaatkan yang ada, tidak menyombongkan diri, perbuatan yang bersahaja/tidak aneh-aneh, hidup hemat), kejujuran, kesembadaan hidup (tanggungjawab, kesesuaian kata-perbuatan), teguh pendirian (sikap tegas, menepati janji), kewaspadaan hidup (berhati-hati dalam berkata, tidak mengundang bahaya, bijaksana, mawas diri, menjaga harga diri)
Fungsi foklor/tradisi lisan (Bascom) : proyeksi angan-angan kolektif, alat pengesahan/legitimasi pranata kebudayaan, alat pendidikan, alat kontrol/pemaksa ditaatinya suatu norma
Jenis-jenis Dongeng : mite, fabel, legenda, legenda etiologis, sage, dongeng orang bodoh jenaka
Unsur-unsur cerita (Stanton) : tema, fakta cerita (karakter/penokohan, plot/alur, latar-tempat dan waktu-), sarana cerita/literay devices (sudut pandang, konflik, simbolisme, ironi, klimaks, tone dan gaya)
Cara penokohan : bentuk lahiriah (anggota badan, cara bertingkah, cara berpakaian), jalan pikiran dan perasaan (batin), reaksi tokoh lain terhadap pelaku, keadaan/lingkungan sekeliling tokoh
Aliran dalam seni sastra : realisme, naturalisme, impresionisme, ekspresionisme, simbolis
3 cabang ilmu sastra (yang saling bantu) : teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra (Wellek)
Guna kritik sastra : untuk perkembangan sastra, untuk penerangan pembaca, untuk keilmuan sastra itu sendiri (Pradopo)
Kritik sastra : pendefinisian, penggolongan, analisis, penilaian karya sastra (Abrams)
Pandangan teoretik sastra : formalisme, strukturalisme (dinamik/statik), semiotik, dekontruksi
Teori : struktural, semiotik, intertekstual, dekontruksi (postmo, paskamodernisme, post strukturalisme)
Menurut bentuknya ada 2 tipe kritik sastra : kritik teoretis dan kritik terapan
Kritik sastra terapan : judisial, induktif, impressionistik
Teori sastra disusun bukan pertama-tama untuk menulis sastra, tetapi untuk memahami karya sastra
Teori sebagai alat kupas (beda objek, beda alat)
Pertentangan pada tingkat teoretik akan mengasah ketajaman pengamatan terhadap fenomena
Perkembangan teori sastra dipengaruhi : perubahan sosial, penemuan baru dalam ilmu pengetahuan
4 tipe cara pandang dan orientasi kepada sastra : mimetik, pragmatik, ekspresif, objektif (Abrams)
Pendekatan sastra : pendekatan intrinsik/objektif/struktural, pendekatan ekstrinsik (mimetik, pragmatik, ekspresif), pendekatan reseptif
Bahasa sastra mempunyai ciri deotomatisasi (formalis rusia)
Makna bahasa sastra bersifat second order semiotic system (Culler)
Sastra itu otonom, fiksional, dan punya struktur sendiri (Wellek)
Sastra bukan tentang fiction atau non fiction, tetapi ada sesuatu yang menarik untuk diceritakan (Pratt)
Setiap kebudayaan (bahkan tiap pengarang) mempunyai pandangan sendiri tentang sastra
Sastra sebagai sumber informasi mengenai tingkah laku, nilai, dan cita-cita suatu masyarakat
3 paham penilaian : relativisme, absolutisme, perspektivisme
5 tingkat pengalaman jiwa : niveau anorganis, vegetatif, animal, human, relegius/filosofis
Empat aspek puisi : sense, feeling, tone, intention (Richards)
Bentuk penuturan dalam cerita fiksi : narasi (telling/menceritakan, pembaca “tak mendengar sendiri” suara tokoh) dan dialog (percakapan tokoh)
Macam citraan : penglihatan (visual imagery), pendengaran (auditory imagery), penciuman (smell imagery), rasa (taste imagery), rabaan (tactil imagery), gerak (kinaesthetic imagery)
Majas (figurative of speech) : majas perbandingan (metafora, simile, kiasan, personifikasi), majas pertautan (metonimia, sinekdok, eufimisme), majas pertentangan (litotes, hiperbola, ironi, antitesis), majas penegasan (pleonasme, klimaks, antiklimaks, repetisi)
Roman picisan (stuiversroman) : terlalu mengejar selera pembaca, lukisan watak sederhana dan kurang mendalam (hitam putih), melukiskan hedonitas budaya kota yang dianggap modern, komposisi cerita kurang runtut, tidak jelasnya hubungan kausalitas, pemilihan bahasa sering kurang tepat (sepicis= 10 sen, stuiver = 5 sen)
Novel popular : menampilkan masalah (yang ringan namun) aktual/menzaman, hanya sampai pada tingkat permukaan, tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara intens, tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan, artifisial dan bersifat sementara sehingga mudah dilupakan dengan munculnya karya baru yang lebih popular pada masa setelahnya, lebih mudah dibaca dan dinikmati karena memang semata menyampaikan cerita, plot sengaja dibuat sederhana dan lancar, perwatakan tokoh kurang berkembang (tipikal tertentu yang tetap), unsur cerita bersifat stereotip (tidak ada pembaharuan)
Sebuah karya fiksi ditulis oleh pengarang untuk, antara lain, menawarkan model kehidupan yang diidealkannya. Model yang kurang baik, jika sengaja ditampilkan justru agar tidak diikuti, atau minimal tidak dicenderungi oleh pembaca. Pesan moral itu berupa pesan yang bisa dirasakan kadar ketersembunyiannya dan tingkat kemencolokannya (Burhan Nurgiyantoro)
Genre modern sastra jawa : novel, cerita pendek, puisi, drama
Genre sastra jawa yang lebih tradisional (lisan) : macapat, wayang kulit, ketoprak, ludruk, kentrung
Kasusastran jawa ingkang rinakit mawi basa pinathok : Kakawin, Kidung, Suluk, Tembang Gede, Tembang Tengahan, Tembang Macapat, Parikan, Wangsalan, Geguritan
Kapustakan Jawa : Babad, Serat pakem pawayangan, Layang kang isi piwulang, Crita roman
DAFTAR PUSTAKA
Achmad HP & Alek Abdullah. 2012. Linguistik Umum. Jakarta : Erlangga
Anwar, Khaidir. 1990. Fungsi dan Peranan Bahasa, Sebuah Pengantar. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press
Bakdi Soemanto. 1989 (25 Mei 1989). Mengapa Teoretisi Sastra Saling Bertentangan Pendapat.
Boeree, C. George. 2016. Metode Pembelajaran dan Pengajaran (Terj. Abdul Qodir Shaleh). Yogyakarta : Ar Ruzz Media
Chaer, Abdul. 2003. Psikolonguistik, Kajian Teoretik. Jakarta : Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2011. Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta : Rineka Cipta
Fachrurrozi, Aziz H & Erta Mahyuddin. 2010. Pembelajaran Bahasa Asing, Metode Tradisional dan Kontemporer. Jakarta : Bania Publishing
FX Surana dkk. 1980. Ikhtisar Teori dan Apresiasi Sastra Indonesia. Solo : Tiga Serangkai
J J Ras. 1985. Bunga Rampai Sastra Jawa Mutakhir. Jakarta : Grafiti Pers
Kushartanti (Ed). 2005. Pesona Bahasa, Langkah awal memahami Lingusitik. Jakarta : Gramedia
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Pradopo, Rachmat Djoko. 2003. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Jakarta : Grasindo
Soeparno, H. 2008. Aliran Tagmemik, Teori Analisis dan Penerapan dalam Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta : Tiara Wacana
Subalidinata, R.S. 1994. Kawruh Kasusastran Jawa. Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama
Sukatman. 2009. Butir-butir Tradisi Lisan Indonesia, Pengantar Teori dan Pembelajarannya. Yogyakarta : Laksbang
Sumarsono & Paina Partana. 2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Suriasumantri, Jujun S. 2002. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Wijayanto, Asrul. 2008. Debat sebagai Retorika. Semarang : Aneka Ilmu
Wijayanto, Asrul. 2012. Kitab Bahasa Indonesia. Yogyakarta : Galangpress
GLOSARIUM
Ilmu nomotetik = ilmu yang berusaha mencari kaidah-kaidah, memfokuskan penelitian pada bidang terbatas, menggunakan metode eksperimental (diantaranya : psikologi, sosiologi, etnologi, ekonomi, demografi, lingustik)
Proses kognitif = proses memperoleh pengetahuan melalui pengalaman indrawi
Arbitrer = manasuka, tidak adanya hubungan wajib
Sinkronis = deskripsi satu masa tertentu
Diakronis = secara historis, perkembangan dari waktu ke waktu
Parole = perilaku bahasa tertentu
Langue = sistem bahasa pada umumnya
Pidgin = bahasa sederhana, tata bahasanya belum mantab, belum ada aturan tetap, bahasa miskin
Creole = bahasa yang sudah dapat dipelajari, dapat diuraikan secara ilmu bahasa
Fonologi = membahas bunyi ujaran, sistem suara dari bahasa, suara yang digunakan dan bagaimana mereka dapat dikombinasikan
Fonetik = bunyi bahasa tanpa mengaitkannya dengan makna
Fonemik = bunyi bahasa yang dapat berfungsi membedakan makna kata
Fonem = unit dasar suara dalam bahasa, unit terkecil dari suara yang mempengaruhi makna
Suprasegmental = gejala intonasi seperti aksen, tekanan kata, tinggi rendah nada, keras lemahnya suara dsb
Bunyi nasal = bunyi yang dihasilkan dengan mengalirkan udara melalui rongga hidung (sengau)
Bunyi oral = bunyi yang dihasilkan dengan mengalirkan udara melalui rongga mulut
Morfologi = unit makna di dalam pembentukan kata, membahas sebelum kata (yakni morf, morfem, alomorf)
Morfem = bagian kata yang tidak dapat dipecah menjadi bagian kecil yang bermakna
Alomorf = bentuk-bentuk realisasi (dalam tuturan konkret) yang berlainan dari morfem yang sama
Sintaksis = cara penggabungan kata-kata untuk membentuk frasa dan kalimat yang dapat diterima (dalam kata, frasa, klausa, kalimat)
Semantik = membahas makna tanda bahasa (kata dan kalimat), bahwa bahasa dan realitas bukan hal yang identik, terkandung juga cara pandang masyarakat
Pragmatik = mengkaji makna yang dipengaruhi oleh hal-hal diluar bahasa, penggunaan bahasa yang tepat dalam suatu konteks berbeda atau konteks sosial tertentu
Kolokasi = lingkungan leksikal dimana sebuah kata dapat muncul, asosiasi dan pendampingan secara tetap suatu leksem
Leksikon = membahas leksikal, leksim, lema, kamus
Leksikologi = ilmu perkamusan
Leksikografer = penyusun kamus
IPA International Phonetic Association = lembaga yang menyusun sistem tulisan fonetik, sistem perlambangan bunyi
Bahasa tonal = bahasa bernada, nada bersifat morfemis (dapat membedakan makna)
Intonasi = nada yang menyertai bunyi bunyi segmental di dalam kalimat
Morfem zero = morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental atau suprasegmental (prosodi)
Diglosia = situasi kebahasaan yang menunjukkan adanya pemakaian bahasa tinggi dan bahasa rendah dalam suatu masyarakat tutur
Akrolek = variasi bahasa yang dianggap lebih tinggi (misalnya bahasa bagongan jawa)
Basilek = variasi bahasa yang kurang bergengsi/rendah (misalnya ngoko dalam bahasa jawa)
Vulgar = bahasa yang dianggap kurang terpelajar/berpendidikan
Slang = bahasa khusus rahasia di kalangan terbatas, temporal, lebih sering dipakai kawula muda
Kolokial = bahasa percakapan sehari-hari (non tulis)
Jargon = ungkapan khusus tetapi tidak rahasia, istilah teknis bidang-bidang tertentu
Alih kode (Code Switching) = menggunakan satu bahasa untuk suatu keperluan, dan bahasa lain untuk keperluan lain pula
Campur kode (Code Mixing) = menggunakan bahasa tertentu dengan dicampuri bahasa lain
Aksara = sistem tulisan (urutan abjad, cara melafalkan abjad, struktur karakter)
Ejaan = kaidah baku menulis huruf dan kata, juga mengatur cara penggunaaan tanda baca
Kata = satuan sintaksis terkecil, leksem (tunggal/gabungan) yang sudah mengalami proses morfologis
Leksis = kosakata, perbendaharaan kata
Morfem = satuan yang terwujud setelah kata terbentuk
Frase = gabungan kata yang nonpredikatif, hanya mengisi salah satu fungsi sintaksis kalimat (S,P,O,K)
Klausa = satuan sintaksis berupa runtutan kata-kata yang berkontruksi predikatif
Kalimat = satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi konjugasi bila diperlukan, dan disertai intonasi final
Modalitas = keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan
Modalitas intensional = keinginan, harapan, permintaan, ajakan
Modalitas epistemik = kemungkinan, kepastian, keharusan
Modalitas deontik = keizinan, keperkenaan
Modalitas dinamik = kemampuan
Kontinuatif = perbuatan yang terus menerus berlangsung
Progresif = tengah berlangsung
Inseptif = baru mulai
Sesatif = sudah usai
Repetitif = berulang-ulang
Aktif = subjek yang berbuat
Pasif = subjek menjadi tujuan perbuatan
Reflekesif = subjek berbuat atas dirinya sendiri
Resiprokal = subjek lebih dari satu dan berbalasan (saling)
Kausatif =pelaku menjadi penyebab perbuatan
Transitif = perbuatan bertujuan
Deklaratif = menunjukkan sikap objektif/netral
Optatif = menunjukkan harapan
Interogatif = menyatakan pertanyaan
Kondisional = menyatakan persyaratan perbuatan
Imperatif = menyatakan perintah
Datif = mahluk bernyawa yang terkena keadaan/perbuatan
Faktitif = benda/mahluk hasil perbuatan/keadaan
Deiksis = cara merujuk sesuatu pada konteks penutur (deiksis ruang, deiksis persona, deiksis waktu)
Elipsis = pelesapan, penghilangan kata (dan kata-kata) yang dapat dimunculkan kembali dalam pemahaman
Ketaksaan = tafsir ganda, ambiguity
Kohesi = keadaan unsur-unsur bahasa yang saling merujuk dan berkaitan secara semantik sehingga mampu menciptakan suatu wacana
Makna lokusi = makna harfiah apa adanya
Makna ilokusi = makna yang dipahami pendengar
Makna perlokusi = makna yang diinginkan penutur
Afiks (imbuhan) = prefix, infiks, sufiks, konfiks, simulfiks
Afiksasi = proses mengubah leksem menjadi kata kompleks
Lejas = tanda bahasa dalam leksikologi, penyebutan yang sama terhadap benda namun tidak arbriter (transparent)
Legap = tanda bahasa dalam leksikologi, penyebutan yang sama terhadap benda secara arbitrer (opaque)
Transliterasi = penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari abjad satu ke abjad yang lain
Polyglot = orang yang mampu berbicara lebih dari dua bahasa, multilingual, anekabahasawan, plurilingual
Native speaker = penutur jati
Lingua franca = bahasa perantara
Mnemonic devices = sarana pengingat
Etimologi = ilmu yang mempelajari asal usul dan sejarah kata
Ortografi = sistem ejaan yang disepakati untuk sebuah bahasa
Stenografi = sistem menulis cepat dan ringkas
Kriptografi = sistem menuliskan pesan-pesan rahasia
Paedografi = sistem menulis yang didesain khus untuk membantu anak-anak belajar membaca
Teknografi = sistem menuliskan hal-hal khusus untuk kepentingan ilmu pengetahuan (aksara fonetik yang digunakan linguis, simbol kimia, simbol kartografi pada peta, simbol pemrograman komputer, dsb)
Language acquisition = pemerolehan bahasa
Language learning = pembelajaran bahasa
Disleksia = gangguan kemampuan membaca (aleksia), gangguan kemampuan menulis (agrafian)
Afasia = pengidap gangguan wicara/gagap
Sosiolingusitik = cabang linguistik yang mempelajari hubungan keterpengaruhan antara perilaku bahasa dan perilaku masyarakat (unda usuk, ragam bahasa, alih kode, fungsi dan peran bahasa, keberterimaan suatu istilah, kesantunan bahasa, bahasa rahasia/slang, variasi bahasa berdasar gender, pemertahan bahasa, dsb)
Psikolingusitik = mempelajari pemerolehan bahasa pada anak dan cara kerja otak memproses bahasa
Neurolinguistik = fokus pada pemodelan “neural program” dan kesulitan/gangguan berbahasa
Lingusitik komputasional = penggunaan komputer untuk memahami bahasa dan sebagai alat bantu komunikasi
Stilistika = cabang lingusitik yang menyelidiki bahasa sastra, khususnya tentang gaya bahasa
Isoglos = garis imajiner yang menyatukan wilayah yang menggunakan variasi bahasa yang sama
Aksen = perbedaan dialek yang terkait aspek pemakai bahasa (jenis kelamin, kelas social, etnisitas, umur, dsb)
Dialek (dialek regional) = ragam bahasa yang disebabkan oleh perbedaan geografis.
Kronolek = ragam bahasa yang disebabkan perbedaan waktu.
Fungsiolek = perbedaan fungsi ragam tertentu, misalnya ragam bahasa ilmiah yang dipakai para ilmuwan
Palaeografi = ilmu macam-macam tulisan kuno
Sosiologi sastra = ilmu yang mendekati sastra dengan mempertimbangkan segi kemasyarakatannya (konteks sosial pengarangnya, sastra sebagai cermin masyarakat, fungsi sastra dalam masyarakat, dsb)
Kodikologi = ilmu kodeks, mempelajari seluk beluk teks dan naskah kuno (bahan, umur, tempat penulisan, perkiraan penulisan naskah, dsb)
Filologi = comparative historical linguistic
Epigrafi = menelaah isi tulisan pada prasasti
Kolofon = catatan akhir pada teks tentang kapan dan dimana teks itu selesai disalin
Kosakata Arkaik (atavis) = kosakata lama yang sudah jarang dipergunakan
Deklamasi = baca puisi, poetry reading
Story telling = pembacaan teks sastra dengan model dan gaya mendongeng
Miliu = lingkungan kehidupan (ekonomi, sosial, politik, dsb)
Pembacaan heuristik = memperjelas arti kebahasaan pada struktur karya sastra (kata/kalimat) khususnya pada puisi
Pembacaan hermeneutik = bertujuan memperoleh makna dan hikmah suatu karya sastra
Hubungan sintagmantik = hubungan yang bersifat linear
Hubungan paradigmatik = hubungan yang bersifat asosiatif
Unsur Aporia = makna paradoksal/makna kontradiktif/makna ironi, dalam teori dekonstruksi makna dicari dan dipahami justru dalam arti sebaliknya, yang tidak penting dilacak dan kemudian dipentingkan/ditonjolkan
Enjambemen = lompatan dari bari satu ke baris berikutnya dalam puisi
Cesura (/) = perhentian diantara dua alun irama pada puisi
Repertoire = naskah drama
Tragedi = menyedihkan
Komedi = menggelikan, lucu
Tragiskosmis = tragedi-komedi (campuran)
Opera = cerita drama disampaikan dalam dialog yang dinyanyikan diiringi musik
Pantomim = cerita drama tanpa dialog, hanya lewat gerak-gerik dan isyarat
Soneta = puisi lama 4 bait 14 baris (2 kuatren 2 tersina), isinya curahan hati kepada kekasih
Tokoh pengarang Soneta Itali : Petrarca, Michaelangelo, Dante
Tokoh pengarang Soneta Indonesia : Muh Yamin, Rustam Effendi, Sanusi Pane (Angkatan Pujangga Baru)
Karmina = pantun kilat, satu bait hanya dua baris, baris pertama sampiran, baris kedua isi, sajaknya aa
Talibun = pantun panjang, baris tiap bait selalu genap (kebanyakan 6 atau 8 baris tiap bait)
Pantun =sajaknya silang abab, satu bait empat baris
Hikayat = dongeng istanasentris
Mite = dongeng tentang mahluk halus (mitos)
Fabel = dongeng binatang, tendens didaktis (cerita hewan/tumbuhan mengandung ajaran budi pekerti)
Legenda = terjadinya nama tempat, gunung, sungai, danau, dsb
Legenda etiologis = asal mula suatu benda/mahluk dinamai/berbentuk seperti sekarang ini
Balada = cerita, kisah, hikayat yang digubah dalam bentuk puisi
Himne = pusi pujaan kepada Tuhan
Ode = puisi pujian kepada pahlawan/negara
Elegi = puisi berisi ratapan kesedihan
Satir = puisi cemooh terhadap kepincangan/ketidakadilan
Tokoh protagonis = menampilkan sesuatu yang sesuai pandangan dan harapan pembaca
Tokoh antagonis = penyebab terjadinya konflik secara langsung/tidak langsung, beroposisi dengan tokoh protagosnis (baik secara fisik/batin)
Kekuatan antagonis (antagonistic force) = penyebab konflik yang bukan berasal dari tokoh (bencana alam, kecelakaan, lingkungan yang tidak mendukung, aturan social, kekuasaan/kekuatan yang lebih tinggi, dsb)
Realisme = memandang kenyataan secara objektif, tanpa masukan perasaan/pendapat pribadi
Naturalisme = sebagaimana adanya, kenyataan, khususnya segi buruk dari suatu realitas
Impresionisme = lukisan kesan pertama, dari luar diri, dari alam
Ekspresionisme = proyeksi jiwa subjektif pengarang
Romantik = ekspresionisme angan yang serba indah belaka
Simbolis = ekspresionisme yang melukiskan maksud lewat perlambang-perlambang
Trubadors = para penyanyi syair-syair (jaman kerajaan dulu)
Terjemahan = alih bahasa
Saduran = karya yang mengalami alih bentuk dan diadaptasi seperlunya
Karangan = hasil karya cerita prosa
Gubahan = karangan puitik, curahan hati, isi dan bahasanya indah
Epigon = pengikut buta
Vandalisme = grafiti yang berkesan vulgar (ungkapan perasaan negatif)
Mimetik = karya sastra dianggap tiruan kehidupan
Ekspresif = karya sastra dianggap pancaran jiwa (perasaan dan pikiran) pengarang
Pragmatik = karya sastra sebagai alat suatu tujuan (kesenangan estetik, pendidikan, tujuan politik, dsb)
Objektif = karya sastra dalam wujudnya yang mandiri (bebas dari pengaruh penyair, pembaca, lingkungan)
Plastik bahasa = daya yang terdapat dalam bahasa untuk melukiskan segenap ungkapan jiwa pengarang
Litotes = merendahkan diri, memperkecil arti
Personifikasi = benda mati dianggap seperti bernyawa, mempunyai sifat kemanusiaan
Simile = perbandingan langsung dan eksplisit (memakai : seperti, bak, bagai, laksana, laiknya, mirip, dsb)
Metafora = perbandingan tidak langsung, implisit
Paradoks = penekanan penuturan yang sengaja menampilkan unsur pertentangan di dalamnya
Hiperbola = penyangatan, sengaja melebih-lebihkan
Eufimisme = melembutkan ungkapan, mengganti kata untuk mengurangi kesan negatif
Metonemia = hubungan penggantian dua benda
Inversi = menempatkan yang biasanya diakhir menjadi diawal guna menarik perhatian (SP jadi PS)
Koreksio = mula-mula dikemukakan hal yang salah/kurang baik, lalu diperbaiki
Apostrofa = gaya penyapaan kepada benda (menyapa pohon, laut, angin, binatang, dsb)
Asindenton = urutan pelukisaan benda/orang tanpa kata hubung
Polisendenton = urutan pelukisaan benda/orang dengan memakai kata hubung (dan, kemudian, lalu)
Kakafoni = konsonan tak bersuara (kesannya buram)
Efoni = bunyi vokal, konsonan bersuara (kesannya riang)
Aliterasi = pengulangan bunyi konsonan
Asonansi = pengulangan bunyi vokal
Anafora = awal larik sama kata, perulangan kata di permulaan beberapa baris
Epifora = akhir larik sama kata, perulangan kata pada akhir beberapa baris
Ameliorasi = perubahan makna menjadi baik
Peyorasi = perubahan makna menjadi jelek
Polisemi = satu bentuk kata yang mempunyai beberapa makna
Klise = ungkapan yang usang, idiom yang mati sehingga tidak bertenaga lagi, kurang segar, kumal
Alegori = cerita singkat dan bermakna kias
Parabel = cerita bertema moral dari kitab suci
Vision du monde = pandangan hidup
Fabula = bahan mentah cerita (formalis rusia)
Sujet/syuzhet = prosedur penyampaian bahan cerita itu (formalis rusia)
Licentia poetica / liscensia poetarum = hak kreatif kepengarangan/penyair terhadap kaidah tatabahasa baku